Biografi Sanusi Pane - Sastrawan Indonesia Angkatan Pujangga Baru
Sanusi Pane adalah seorang sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru yg karya-karyanya banyak diterbitkan antara tahun 1920-an sampai dengan 1940-an.
Sanusi Pane lahir di Muara Sipongi, Sumatera Utara, pada 14 November 1905. Ia adalah anak dari Sutan Pengurabaan Pane, seorang guru dan seniman Batak Mandailing di Muara Sipongi, Mandailing Natal. Di antara delapan bersaudara, selain dirinya ada juga yg menjadi tokoh nasional, merupakan Armijn Pane yang juga menjadi sastrawan, dan Lafran Pane yg merupakan pelopor organisasi pemuda Himpunan Mahasiswa Islam.
Pendidikan
Semasa mudanya, Sanusi Pane menempuh pendidikan formal di HIS dan ELS di Padang Sidempuan, Sumatera Utara. Pendidikannya selanjutnya adalah di MULO di Padang dan Jakarta, yg diselesaikannya tahun 1922. Ia dahulu melanjutkan di Kweekschool (sekolah guru) di Gunung Sahari, yang selesai pada tahun 1925. Ia dahulu mengajar di sekolah tersebut, sebelum dipindahkan ke Lembang dan menjadi HIK. Ia juga sempat kuliah di Rechtshogeschool dan mempelajari Ontologi. Pada antara tahun 1929-1930, ia berkesempatan mengunjungi India, yg selanjutnya mulai berpengaruh besar terhadap pandangan kesusastraannya.
Karier
Sekembalinya dari India, Sanusi Pane menjadi redaksi majalah "Timbul" yang berbahasa Belanda. Ia mulai menulis berbagai karangan kesusastraan, filsafat dan politik, sementara tetap mengajar sebagai guru. Karena keanggotaannya dalam PNI, tahun 1934 ia dipecat. Ia kemudian pemimpin sekolah dan guru di sekolah-sekolah punya Perguruan Rakyat di Bandung dan Jakarta. Tahun 1936 Sanusi Pane menjadi pemimpin suratkabar Tionghoa-Melayu "Kebangunan" di Jakarta; dan tahun 1941 ia menjadi redaktur Balai Pustaka.
Pandangan
Dalam bidang kesusastraan, Sanusi Pane seringkali dianggap sebagai kebalikan dari Sutan Takdir Alisjahbana. Sanusi Pane mencari inspirasinya pada kejayaan budaya Hindu-Budha di Indonesia pada masa lampau. Perkembangan filsafat hidupnya itu, sampailah kepada sintesis Timur dan Barat, persatuan jasmani dan rohani, dunia dan akhirat, serta idealisme dan materialisme; yg tercermin dalam karyanya "Manusia Baru", yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1940.
Karya
Sanusi Pane cukup produktif dalam menghasilkan karya kesusastraan, diantaranya sebagai berikut:
Sanusi Pane lahir di Muara Sipongi, Sumatera Utara, pada 14 November 1905. Ia adalah anak dari Sutan Pengurabaan Pane, seorang guru dan seniman Batak Mandailing di Muara Sipongi, Mandailing Natal. Di antara delapan bersaudara, selain dirinya ada juga yg menjadi tokoh nasional, merupakan Armijn Pane yang juga menjadi sastrawan, dan Lafran Pane yg merupakan pelopor organisasi pemuda Himpunan Mahasiswa Islam.
Pendidikan
Semasa mudanya, Sanusi Pane menempuh pendidikan formal di HIS dan ELS di Padang Sidempuan, Sumatera Utara. Pendidikannya selanjutnya adalah di MULO di Padang dan Jakarta, yg diselesaikannya tahun 1922. Ia dahulu melanjutkan di Kweekschool (sekolah guru) di Gunung Sahari, yang selesai pada tahun 1925. Ia dahulu mengajar di sekolah tersebut, sebelum dipindahkan ke Lembang dan menjadi HIK. Ia juga sempat kuliah di Rechtshogeschool dan mempelajari Ontologi. Pada antara tahun 1929-1930, ia berkesempatan mengunjungi India, yg selanjutnya mulai berpengaruh besar terhadap pandangan kesusastraannya.
Karier
Sekembalinya dari India, Sanusi Pane menjadi redaksi majalah "Timbul" yang berbahasa Belanda. Ia mulai menulis berbagai karangan kesusastraan, filsafat dan politik, sementara tetap mengajar sebagai guru. Karena keanggotaannya dalam PNI, tahun 1934 ia dipecat. Ia kemudian pemimpin sekolah dan guru di sekolah-sekolah punya Perguruan Rakyat di Bandung dan Jakarta. Tahun 1936 Sanusi Pane menjadi pemimpin suratkabar Tionghoa-Melayu "Kebangunan" di Jakarta; dan tahun 1941 ia menjadi redaktur Balai Pustaka.
Pandangan
Dalam bidang kesusastraan, Sanusi Pane seringkali dianggap sebagai kebalikan dari Sutan Takdir Alisjahbana. Sanusi Pane mencari inspirasinya pada kejayaan budaya Hindu-Budha di Indonesia pada masa lampau. Perkembangan filsafat hidupnya itu, sampailah kepada sintesis Timur dan Barat, persatuan jasmani dan rohani, dunia dan akhirat, serta idealisme dan materialisme; yg tercermin dalam karyanya "Manusia Baru", yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1940.
Karya
Sanusi Pane cukup produktif dalam menghasilkan karya kesusastraan, diantaranya sebagai berikut:
- Pancaran Cinta (1926)
- Prosa Berirama (1926)
- Puspa Mega (1927)
- Kumpulan Sajak (1927)
- Airlangga (drama berbahasa Belanda, 1928)
- Eenzame Garoedavlucht (drama berbahasa Belanda, 1929)
- Madah Kelana (1931)
- Kertajaya (drama, 1932)
- Sandhyakala Ning Majapahit (drama, 1933)
- Manusia Baru (drama, 1940)
- Kakawin Arjuna Wiwaha (karya Mpu Kanwa, terjemahan bahasa Jawa Kuno, 1940)
Meninggal dunia
Sanusi Pane meninggal dunia di Jakarta, pada 2 Januari 1968 pada umur 62 tahun. (Sumber)
Gabung dalam percakapan